Geliat Kampung Penghasil Kripik Tempe di Malang
Datang ke kota Malang saat musim hujan
tanpa suami berarti alamat nggak bakalan bisa jalan-jalan ke
tempat-tempat rekreasi di seputar kota Malang. Bahkan ke alun-alun Batu
sekalipun! Dan, itulah nasib yang saya alami di awal tahun ini saat
menjemput anak-anak yang berlibur di tempat budhenya yang berada di kota
tersebut beberapa hari lalu.
Nggak ada suami berarti kemana-mana
mesti pakai motor. Sejak kecelakaan beberapa tahun lalu, saya jadi
trauma menggunakan mobil sendiri. Dan, kebetulan sekali rumah kakak ipar
saya berada di tengah kota Malang yang notabene jauh dari tempat-tempat
rekreasi manapun seperti Batu ataupun beberapa pantai di kota Malang.
Apalagi harus membawa 3 krucil (2 anak saya plus 1 keponakan) yang luar
biasa bawel menggunakan sepeda motor di tengah padatnya lalu lintas kota
Malang saat libur tiba.
So, daripada manyun di rumah kakak ipar,
saya pun akhirnya memutuskan untuk mencari tahu seluk beluk bisnis
tempe kripik yang menjadi oleh-oleh khas kota ini.
***
Hujan rintik-rintik pagi itu tak
mengurangi rasa penasaran saya untuk mengetahui geliat salah satu
kampung penghasil kripik tempe di kota Malang. Kampung tersebut bernama
Sanan. Salah satu kampung yang terletak di kelurahan Purwantoro
Kecamatan Belimbing itu kebetulan bersebelahan dengan kampung tempat
tinggal kakak ipar saya. Hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai di
kampung Sanan.
Gang-gang sempit naik turun serta berkelok yang jamak ditemui di kota
ini mengharuskan saya mengeluarkan kemampuan terbaik saya sebagai.
biker. Beruntung, saya termasuk mahir dalam mengendarai sepeda motor.
Buktinya, saya lulus dengan mulus tes praktek mengendarai motor untuk
mendapatkan SIM C tanpa menyogok dan mengulang
Perjalanan mengelilingi kampung Sanan kali ini saya dipandu oleh bu
Muna, sahabat kakak ipar saya yang tinggal di kampung tersebut.
Beruntung, saya mendapatkan tour guide (istilahnya keren amat
yak ^^) yang tak hanya mengerti seluk beluk pertempekripikkan (istilah
yang enggak banget EYD-nya), bu Muna juga merupakan produsen kripik
tempe skala kecil. Jadi, saya bisa sekalian belajar cara membuat kripik
tempe.
Waktu menunjukan pukul 06.30 saat saya
sampai di kampung Sanan. Terlihat hilir mudik sepeda motor membawa tempe
dalam kronjot yang terbuat dari bambu untuk disetorkan pada para
produsen tempe kripik yang tersebar di daerah tersebut.
Hampir seluruh penduduk kampung Sanan
bergelut dengan usaha tempe. Ada yang menjadi pemasok tempe, produsen
tempe kripik, pengiris tempe, pembungkus tempe kripik dan pemasar tempe
kripik. Bisa dibilang, seluruh sirkulasi tempe kripik dari hulu ke
hilir, mulai bahan baku hingga pemasaran dilakukan penduduk kampung ini.
Tak hanya daging, ternyata ada juga profesi pengiris tempe di kampung
ini. Tempe kripik khas Malang memiliki ketipisan yang mengharuskan
pengirisnya memiliki keterampilan khusus. Maka tak heran jika beberapa
penduduk Sanan berprofesi sebagai pengiris tempe. Para pengiris tempe
memiliki jadwal mengiris tempe untuk masing-masing produsen tempe
kripik. Tak hanya itu, tempe yang diproses menjadi kripik pun harus
memiliki kualitas kedelai yang lebih baik serta kepadatan lebih
dibandingkan tempe yan dikonsumsi sehari-hari agar saat diiris tempe
tidak hancur.
Perjalanan saya mengelilingi kampung Sanan mengungkap satu rahasia
persaingan tidak sehat antar produsen tempe kripik di daerah ini.
Tentunya hal ini disebabkan karena banyaknya produsen tempe yang berada
dalam daerah yang sama. Persaingan harga tak bisa dielakkan. Beberapa
produsen tempe kripik tak mengindahkan kualitas demi bisa memberi
penawaran harga serendah mungkin pada para pemasar tempe kripik. Tok
pakakno kirek we gak gelem (kripik diberikan ke anjing pun si anjing
nggak bakalan mau) begitu lelucon penduduk yang menggambarkan kualitas
tempe kripik. Persaingan tak sehat pula yang menyebabkan beberapa
produsen kripik tempe gulung tikar dengan utang membelit akibat terlalu
minim dalam memperhitungkan keuntungan demi memberi penawaran harga
serendah mungkin.
Keripik tempe memiliki rasa yang
bervariasi, yakni rasa original, pedas, ayam bawang, ayam kecap, ayam
lada hitam, balado, barbeque, cuttle fish, jagung bakar, jagung manis,
keju, pedas manis, pizza, rumput laut, sambal udang, spaghetti. Saya
paling suka rasa original. Tepung hanya dibumbui bawang putih, garam dan
bumbu penyedap serta ditaburi irisan daun jeruk. Dan, saya pun membeli
2kg yang berisi 20 bungkus kripik tempe untuk saya bawa pulang sebagai
oleh-oleh.
Tertarik untuk memasarkan kripik tempe khas Malang?sumber : http://ikakoentjoro.com/geliat-kampung-penghasil-kripik-tempe-di-malang/
Tidak ada komentar